Manusia dan Penderitaan
MANUSIA DAN PENDERITAAN
BAB V
Makna Penderitaan
Penderitaan
dari kata derita. Kata derita berasal dari kata bahasa Sansekerta dhra artinya
menahan atau menanggung. Derita artinya menahan atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau lahir batin.
Yang termasuk penderitaan itu antara lain keluh kesah, kesengsaraan, kepanasan
dan lain-lain.
Hampir semua
karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan.
Epos Ramayana dan Mahabarata merupakan cerita yang penuh penderitaan.
Penderitaan tak
dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Karena setiap orang akan/pernah
mengalami penderitaan. Nasib malang atau penderitaan datang tak dapat ditolak,
harus diterma apa adanya, kita pasrah kepada Tuhan.
Sejak jaman
dahulu kasus penderitaan dituangkan dalam bentuk seni misalnya, seni sastra,
seni wayang, seni drama, seni music dan sebagainya. Penderitaan orang dahulu
tidak kalah hebat dibandingkan pada jaman teknologi modern. Dalam jaman
perkembangan teknologi modern ini kasus penderitaan seperti kelaparan, gempa,
menjalarnya penyakit, gunung meletus dan sebagainya, dalam waktu singkat
tersebar luas keseluruh dunia, sehingga dalam waktu singkat pula rasa simpati
dari berbagai penjuru mengalir dalam bentuk berbagai macam sumbangan.
Dengan
mempelajari berbagai kasus penderitaan manusia berarti telah mempelajari sikap,
nilai, harga diri, ketamakan, kesombongan orang dan sebagainya. Semuanya itu
bermanfaat untuk memperdalam dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan
penalaran bagi yang mempelajarinya.
Makna Siksaan
Berbicara
tentang siksaan, maka terbayang pada ingatan kita tentang neraka dan dosa, dan
akhirnya firman Tuhan dalam kitab suci Al-Qur’an. Siksaan tak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia. Setiap manusia pernah atau akan mengalami siksaan .
Siksaan tak dapat dipisahkan dengan dosa, siksaan yang berhubungan dengan dosa
adalah siksaan dihari kiamat, siksaan dineraka merupakan tugas para ahli agama
untuk membicarakan. Sedang yang dibahas dalam modul ini hanya siksaan manusia
yang dialami didunia fana ini.
Siksaan itu
berupa penyakit, siksaan hati, siksaan badan oleh orang lain, dan sebagainya.
Siksaan manusia ini ternyata juga menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah
mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan baik
langsung atau tak langsung. Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan baik
berupa berita, cerpen ataupun novel yang mengisahkan siksaan orang. Bahkan
siksaan itu banyak pula yang difilmkan.
Dengan membaca hasil
seni yang berupa siksaan kita akan dapat mengambil hikmahnya. Karena kita dapat
menilai arti manusia, hanya dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal
perikemanusiaan, dan sebagainya.
Makna Rasa Sakit
Rasa sakit
adalah rasa yang tidak enak bagi sipenderita , rasa sakit akibat menderita
penyakit, atau sakit. Sakit perut akibatnya terasa sakit perutnya, sakit gigi
akibatnya terasa nyeri (sakit). Sakit hati akibatnya hatinya terasa sakit.
Sakit cinta akibatnya hatinya selalu dirundung rasa ingin ketemu orang yang
dicintainya, dan sebagainya. Rasa sakit atau penyakit tak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Penderita sakit tak dapat direncanakan, kalau datang
juga, sedang manusia hanya dapat berikhtiar menyembuhkan atau
sekurang-kurangnya mengurangi rasa sakit.
Karena siksaan,
orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Sebaliknya, karena
penyakit tak sembuh-sembuh ia merasa tersiksa hidupnya, dan penderitaanlah yang
dialaminya. Siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang lainnya
tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibatnya.
Rasa sakit dalam
pengalaman hidup sehari-hari ada 3 macam: sakit hati, sakit syaraf atau sakit
jiwa, dan sakit fisik. Sakit hati bermacam-macam pula jenisnya dan sifatnya.
Sakit hati dapat menyebabkan orang berfikir terus, yang akibatnya dapat
menjadikan penderita sakit fisik, misalnya karena gosip atau celoteh orang
mengenai dirinya, yang berupa ejekan atau sindiran. Bagaimana rasanya orang
dapat sindiran itu? Kiranya adapun telah mengalaminya.
Rasa sakit
banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dapat
menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita, dapat membuka rasa prihatin
manusia, rasa sosial, dermawan, dan sebagainya
Neraka
Berbicara
tentang neraka, maka lazimnya kita tentu ingat kepada dosa. Juga terbayang
dalam ingatan kita yang luar biasa. Tergambar pula dalam ingatan kita suatu
rasa sakit dan penderitaan hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan, rasa
sakit, dan penderitaan terdapat hubungan dan tak dapat dipisahkan satu sama
lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab akibat. Manusia masuk neraka
karena dosa. Oleh karena itu, bila kita bicara tentang neraka tentu berkaitan
dengan dosa. Berbicara tentang dosa berarti juga berbicara tentang kesalahan.
Neraka
berhubungan erat dengan dosa dan identic dengan salah atau kesalahan. Orang
salah mendapat hukuman. Hukuman identic dengan siksaan. Siksaan adalah rasa
sakit dan rasa sakit adalah penderitaan. Pengertian neraka sering dihubungkan
dengan kematian. Neraka sesudah mati dibahas oleh para agama. Penderitaan dalam
hidup yang sering pula dikatakan “neraka dunia” dibicarakan dalam modul ini.
Banyak
penderitaan yang dialami orang didunia. Karena hebatnya penderitaan itu tak
ubahnya dengan neraka karena itu banyak orang mengatakan : si A itu hidupnya
sebagai di “neraka” saja. Neraka atau penderitaan yang hebat itu menimbulkan
daya kreatifitas manusia. Banyak seniman yang menganggap penderitaan yang hebat
atau neraka sebagai budaya yang menggambarkan manusia di “neraka”.
Selain itu
banyak media massa yang mengkomunikasikan penderitaan yang hebat membuat pilu
dan haru pembacanya, sehingga banyak orang yang mengulurkan tangan ingin
meringankan beban penderitaan sesamanya.
Beberapa kasus penderitaan
Kata penderitaan
berasal dari kata derita. Menurut Suyadi derita berasal dari bahasa Sanskerta
“dhra” yang berarti menahan atau menanggung (Suyadi, 1985). Kata ini dapat pula
diberi makna merasakan. Dengan demikian kata penderitaan berarti sesuatu yang
ditanggung, ditahan atau dirasakan. Suatu yang ditanggung atau dirasakan itu
biasanya selalu dihubungkan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, misalnya
kelaparan, kemiskinan, penyakit, kegagalan, kegelisahan, dan ketakutan. Hal-hal
yang menyenangkan, menggembirakan atau memuaskan yang dirasakan oleh seseorang
tidak pernah dikatakan sebagai suatu penderitaan.
Contoh Kasus Penderitaan
Ada seorang guru
SD kelas 6. Aminah namanya. Ia sudah bekerja sebagai guru selama 3 tahun. Ia
dikenal sebagai guru yang rajin, berdisiplin, dan berusaha mengajar anak-anak
dengan sebaik-baiknya. Ia berpendirian bahwa guru yang baik adalah guru yang
tindakannya mengajarkan pengetahuan tetapi yang mengajarkan pengetahuan dan
membina kepribadian anak didiknya. Oleh karena itu anak-anak menyenangi Aminah,
sebab mereka merasa dirinya diperhatikan. Kepribadian Aminah seperti itu
mungkin akibat pendidikan yang diperoleh sejak kecil didalam keluarga.
Akhir-akhir ini
Aminah jatuh sakit. Orang menduga duga sebab-sebab Aminah jatuh sakit.
Sementara orang menduga bahwa Aminah jatuh sakit karena pacarnya, juga seorang
guru, pindahkan kelain daerah. Padahal pacarnya itu memiliki kepribadian yang
baik dan setia kepada Aminah. Ia sakit karena takut kehilangan pacar. Dugaan
lain mengatakan bahwa Aminah jatuh sakit karena tidak kuat lagi menghadapi
kesulitan disekolah. Ada 2 orang murid yang mengganggu dalam kelas, karena
Aminah orangnya disiplin dan keras serta serius hal itu ditanggapinya dengan
serius pula.
Salah seorang diantara 2 murid
yang menganggu pikiran Aminah ialah A. Ia adalah anak gadis yang gemuk, suka ngantuk, berwatak malas dan tidak
memberi perhatian kepada pelajaran. Sikap acuh tak acuh pada pelajaran ini
justru sangat berlawanan dengan kepribadian Aminah, sehingga Aminah sangat
menderita. Murid yang lain ialah B. Ian adalah seorang gadis yang sebenarnya
baik dan pandai, tetapi suka ngomong sehingga murid-murid yang lain yang ada di
sekitarnya ikut-ikutan ngomong seolah-olah tidak menaruh perhatian pada pelajaran.
Ini pula yang menganggu pikiran Aminah
sehingga mengurangi kebahagiannya. Didalam batin Aminah terjadi konflik, disatu
pihak ia tetap mencintai anak didiknyadilain pihak ia membendinya. Dalam
kondisi semacam ini pernah ia marah-marah kepada anak-anak. Begitu memuncak
kemarahannya sehingga ia tidak dapat mengendalikan diri lagi sampai-sampai ia
hamper saja memukul salah seorang anak di antaranya.
Menyimak cerita
pada kasus ini orang dapat memperkirakan betapa hebat penderitaan Ibu Guru
Aminah. Kecuali itu, orang dapat pula memperkirakan sebab-sebab seseorang
menderita, salah satu bentuk perwujudan letupan perasaan (emosi) akan
penderitaan yang dirasakan terlalu berat. Sebab penderitaan yang pertama ialah
ia terpaksa harus berpisah dengan orang yang dicintai, walaupun mungkin hanya
untuk sementara. Sebab penderitaan yang kedua ialah adanya konflik antara ciri
kepribadiannya dengan suasana lingkungan yang tidak sesuai dengan yang
diharapakn yang telah dibinanya.
Dari kasus ini
pula dapat diamati bahwa penderitaan yang berat yang tak tertahankan lagi ,
dapat meletus kemarahan dan tindakan yang eksplosif. Penderitaan yang tidak
tertahankan lagi dapat mendorong timbulnya emosi yang dapat berakibat menutup
pertimbangan-pertimbangan akal sehat.
DAFTAR PUSTAKA
- Hoegiono, Drs., dkk., Ilmu Budaya Dasar dan PKLH, IKIP Semarang Press, Semarang, 1990.
- Suyadi, M.P., Drs. Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta, 1985.
- Hartono, Drs., dkk., Ilmu Budaya Dasar, CV. Pelangi, Surabaya, 1986.
- Syamsurizal, Ilmu Budaya Dasar, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1987.
Komentar
Posting Komentar